Kambing Hitam PSSI

Oleh Muhammadun – Jaksel

 

Bukan PDIP. Bukan Wayan Koster. Apalagi Ganjar Pranowo. Penolakan Timnas Israel berlaga di Indonesia yang katanya jadi alasan pembatalan FIFA, sudah terjadi jauh hari sebelumnya. Bahkan Sejak Agustus 2022.

Investigasi Tempo berjudul ‘Kartu Merah dari Teuku Umar’ membuka faktanya. Dalam tulisan itu, Tempo membuka mata kita semua. Bahwa salah besar, kalau public hanya marah pada PDIP, Koster atau Ganjar.

Jadi begini. Lolosnya Timnas Israel sebagai salah satu peserta Piala Dunia U-20 sudah ramai sejak Juni 2022. Saat itu, isu ini sudah jadi pembicaraan serius pemerintah Indonesia. Indonesia dilema, apakah mau menerima atau menolaknya.

Selain hukum yang tak memungkinkan menerima Timnas Israel sebagai delegasi resmi, hasil kajian Lemhanas juga tak kalah ngeri. Ada potensi teror jika Timnas Israel benar-benar datang.

Demo-demo penolakan Israel sudah mulai bermunculan saat itu. Makanya, Lemhanas memberikan opsi-opsi. Mulai mengubah kebijakan, teknis pelaksanaan hingga opsi pembatalan.

Tapi pemerintah teguh pada pendirian. Piala Dunia U-20 harus tetap dilaksanakan.

Pemerintah dalam hal ini PSSI berusaha mencari cara. Salah satunya melobi FIFA untuk mempertimbangkan keikutsertaan Timnas Israel di Indonesia. Kalaulah Timnas Israel tetap harus ikut berlaga, maka pertandingannya harus digelar tanpa penonton dan tanpa atribut kebangsaan negara. Itu sesuai aturan hukum Indonesia, yang termaktub dalam Permenlu 3 tahun 2019.

Tapi lobi itu gagal. FIFA marah dan menilai ini bentuk intervensi pemerintah. Diduga kuat, saat itu juga FIFA sudah mencoret nama Indonesia. Faktanya, saat FIFA menghapus soundtrack resmi Piala Dunia dan membatalkan drawing di Pulau Dewata.

Ini tentu kejadian memalukan bagi Indonesia, khususnya PSSI. Sebagai penanggungjawab, PSSI tentu tak mau disalahkan dalam kasus ini.

Dari situlah drama pencarian kambing hitam mulai beroperasi.

Begitu PDIP, Wayan Koster dan Ganjar Pranowo muncul mengomentari isu itu, PSSI begitu kegirangan. Bagi mereka, inilah kelompok yang tepat untuk dikambing hitamkan.

“Pembatalan ini karena mereka yang menolak Timnas Israel bermain di Indonesia,” begitu narasi yang dibelokkan.

Jelas saja, PDIP, Koster dan Ganjar jadi sasaran amuk massa. Ketiganya dibully dan disebut sebagai biang kerok kegagalan anak muda Indonesia meraih mimpi. Padahal, mereka muncul belakangan. Jauh sebelum PSSI melakukan lobi.

PSSI berhasil cuci tangan dari kasus ini. Ibarat makan nangka, mereka yang menikmati buah sementara PDIP, Koster dan Ganjar yang kena getahnya.

Merasa berhasil selamat, PSSI menambah episode dalam drama itu. Memunculkan tokoh baru. Membuat drama lebih seru.

Ya misalnya seperti Ketua PSSI Erick Thohir. Tiba-tiba, dia muncul sebagai pahlawan. Berjuang paling keras untuk menyelamatkan sepakbola Indonesia terhindar dari sanksi FIFA. Erick juga hadir dengan memberikan harapan. Bahwa ada event besar lain dari FIFA sebagai gantinya. Piala Dunia U-17.

Padahal, keputusan itu semuanya sudah diterima Indonesia. Tapi kenapa, info ini tak segera diumumkan. Ya karena ini bagian dari drama. Drama Erick demi meningkatkan elektabilitas dan popularitasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *