Oleh : Bung Dodi
Di awal tahun 2000 bersepeda ke sekolah maupun ke perguruan tinggi diberbagai daerah di Indonesia masih menjadi fenomena umum. Apalagi dibawah tahun 2000, sepedalah yang menjadi alat transportasi utama masyarakat Indonesia.
Saat itu di awal tahun 2000 “an” bersepeda menuju sekolah ataupun menuju perguruan tinggi di Indonesia oleh siswa dan mahasiswa seperti kebutuhan primer, karena memang saat itu tidak ada pilihan lain yang lebih murah dan lebih cepat bagi siswa dan mahasiswa untuk sampai ke sekolah ataupun ke perguruan tinggi tempat mereka belajar.
Saya saat itu berangkat ke Sekolah Menengah di awal tahun 2000 an juga menggunakan sepeda. Tapi saya bersyukur jarak rumah menuju sekolah tidak terlalu jauh hanya sekitar 3 km saja. Jadi dalam sehari saya akan bersepeda setidaknya minimal 6 km jauhnya.
Beberapa teman saya ada yang harus menempuh perjalanan dengan mengendarai sepeda lebih dari 30 km dalam sehari karena jarak rumah mereka ke sekolah yang lumayan jauh. Bersepeda sejauh 30 km dalam sehari memerlukan energi dan ketahanan fisik yang luar biasa, dan jangan bayangkan lagi seperti apa cucuran keringat para pesepada saat itu, jika ditambahkan Variabel iklim tropis di Indonesia, mandi keringat merupakan hal yang lumrah bagi para pesepada saat itu.
Jauhnya jarak yang harus ditempuh menuju sekolah ternyata tidak menjadi alasan bagi saya dan teman – teman saya untuk tidak menggunakan sepeda sebagai alat transportasi menuju sekolah, saya bahagia dan menikmati saja rutinitas itu, tidak ada perasaan capek atau mengeluh kenapa harus mengendarai sepeda menuju ke sekolah.
Sepeda motor pada saat itu belum bisa menjadi pilihan bagi sebagian besar siswa dan mahasiswa yang ada di Indonesia, karena harga nya yang sangat mahal, dan pastinya tidak terjangkau oleh kantong para orang tua untuk membelikan anaknya sepeda motor untuk kesekolah.
Bersepeda di awal tahun 2000 an merupakan kebutuhan primer untuk berbagai keperluan perjalanan rutin seperti kesekolah atau perguruan tinggi di Indonesia saat itu. Hampir tempat parkir sekolah dan universitas saat itu dipenuhi oleh sepeda.
***
Sekarang bersepeda lebih dikenal dengan sebutan gowes. Bersepeda sekarang bukan lagi keperluan dan kebutuhan akan sarana transportasi. Bersepeda dengan istilah gowes itu lebih kepada penyaluran hobi,ikut trend atau hanya olahraga semata.
Pengguna sepeda sekarang berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pekerja kantoran, komunitas Sepeda, ataupun dari kalangan Pejabat Tinggi dari Instansi Pemerintah ataupun Swasta. Bersepeda tidak lagi didominasi oleh anak sekolahan ataupun mahasiswa.
Bersepeda sekarang telah menjadi gaya hidup mewah, hal ini dapat dilihat dari harga sepeda yang terkadang tidak masuk akal. Harga sepeda yang lebih mahal cenderung selalu menjadi yang paling diburu oleh para pengguna sepeda.
Sepeda memiliki harga pasar yang “gelap”, tidak ada ukuran baku bagi sebuah sepeda hobi. Harga bisa berkisar jutaan hingga puluhan juta bahkan ada yang mencapai ratusan juta.
Sehingga terjadi kekaburan makna saat ini, yaitu antara menjadikan sepeda sebagai alat transportasi utama kembali, atau hanya sekedar mengkampanyekan sepeda sebagai alat transportasi yang mewah, yang mana penggunaannya hanya sekedar untuk hobi atau ikut trend ataupun sebatas olahraga semata.
Yang terjadi saat ini sangat bertolak belakang dengan tujuan kampanye penggunaan sepeda yang massif diberbagai media. Seharusnya kalangan pengguna sepeda didominasi oleh anak Sekolahan ataupun Mahasiswa untuk aktifitas hariannya, namun kenyataannya pengguna sepeda saat ini didominasi oleh kalangan yang berduit yang hanya sekedar menyalurkan hobi atau ingin oleh raga semata.
Mengembalikan minat siswa dan mahasiswa untuk kembali bersepeda ke sekolah adalah hal yang paling benar untuk dilakukan. Caranya adalah melalui paket kebijakan dari pemerintah seperti meningkatkan layanan bagi pengguna sepeda dan memberikan stimulus tambahan.
Saya curiga jangan – jangan kampanye penggunaan sepeda yang tidak menyasar siswa dan mahasiswa hanya sebatas mencari sensasi semata, buktinya kampanye penggunaan sepeda seperti bike to work tidak diikuti dengan dukungan layanan bagi pengguna sepeda dari kalangan siswa dan mahasiswa.
Layanannya bagi pengguna sepeda adalah mengintegrasikan para pengguna Sepeda dengan semua alat transportasi publik, baik darat, laut atau bahkan udara. Serta penyiapan jalur khusus bagi pengguna sepeda, baik jalur lurus maupun jalur penyeberangan nya sehingga memudahkan dan aman untuk berkendara jika harus merubah tempat tujuan dan berbalik arah. Dan yang paling penting adalah mengontrol harga sepeda agar lebih murah dan tetap berkualitas.
Saat ini sepeda yang berkualitas harga nya cenderung mahal, dan sepeda yang berkualitas itu sangat dibutuhkan untuk penggunaan harian karena ringan dan kuat.
Pemberian stimulus seperti paket beasiswa kepada siswa dan mahasiswa para pengguna sepeda bisa menjadi alternatif pilihan untuk mengembalikan Kembali minat siswa dan mahasiswa untuk Kembali bersepeda ke sekolah.
Membuat siswa dan mahasiswa Indonesia kembali menggunakan sepeda untuk aktifitas harian akan membuat pemuda Indonesia sehat, kuat dan terlatih daya tahannya. Sehingga masa depan Indonesia kedepannya lebih berdaya.