Oleh : Bung Dodi

Kemampuan dasar yang diperlukan oleh manusia dalam kehidupan ada tiga: kemampuan membaca, kemampuan menulis, kemampuan berhitung.

Setidaknya tiga kemampuan tersebutlah yang sering digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari , ketiga kemampuan ini dilengkapi dengan kemampuan berbicara atau kemampuan berkomunikasi.

Fenomena yang terjadi adalah kemampuan membaca, kemampuan menulis, dan kemampuan berhitung seseorang selalu tidak dikembangkan ketika ia telah selesai menempuh pendidikan formal.

Sehingga hal ini mengakibatkan kemampuan rata-rata orang Indonesia dalam berkomunikasi, berkreasi dan berinovasi berada pada level yang stagnan.

Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan berpikir kritis dan inovasi dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga tak heran dalam lingkungan kerja kita sangat sedikit sekali orang yang memiliki Nalar yang kritis dan menghasilkan inovasi – inovasi terbaru dalam kehidupan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga sampai saat ini kita masih menjadi negara pengguna, bukan negara produsen. Kita masih mengimpor sebagian besar produk, barang maupun teknologi dari negara lainnya.

Perlu hal revolusioner yang kita lakukan dari jenjang pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi untuk mengatasi masalah ini.

Selesai menempuh pendidikan formal bukan berarti kita harus berhenti belajar, justru itulah pintu awal yang harus kita lakukan untuk mengembangkan dan menunjukkan potensi yang sebenarnya di dunia nyata atas apa yang telah kita pelajari pada jenjang pendidikan formal.

Perlu dorongan dan penyadaran kolektif akan pentingnya pembelajaran Mandiri yang dilakukan sepanjang hayat.

*

Dengan terjadinya proses digitalisasi yang massif di Indonesia saat ini, maka untuk mendorong dan melakukan penyadaran kolektif akan pentingnya pembelajaran Mandiri yang dilakukan sepanjang hayat bukanlah hal yang susah.

Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan yang namanya teknologi itu.

Setiap rumah harus menjadi sekolah, setiap orang harus menjadi guru, dan pembelajaran sepanjang Hayat harus dimulai dari diri sendiri.

Jadi level tujuan dan target dari pembelajaran itu sendiri harus diturunkan hingga level rumah tangga yang diimplementasikan oleh masing-masing dari setiap penghuni rumah tangga tersebut.

Jadi kita tidak bicara lagi terkait hal yang sifatnya lebih umum atau luas seperti kurikulum yang ada pada level nasional maupun sekolah.

Bahkan di sini pemerintah mendorong untuk pembelajaran itu terus terjadi hingga level yang lebih spesifik yaitu rumah tangga, diri sendiri dan keluarga.

Benar bahwa di sini kita berusaha untuk menguatkan pendidikan masyarakat atau lebih tepatnya kita menghubungkan pendidikan masyarakat dan pendidikan formal yang ada.

Hal ini bertujuan untuk memperkuat dan mendorong serta memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk pembiasaan pembelajaran Mandiri sepanjang hayat.

*

Pemerintah hanya perlu menyediakan media pembelajaran, regulasi dan sumber pendanaannya serta fitur kolaborasi dengan pihak lainnya.

Ada empat hal yang dapat mendorong pembelajaran Mandiri sepanjang Hayat dapat diwujudkan yaitu
1. Sumber belajar atau sumber informasi yang diakses secara bebas
2. Teman Belajar pada minat yang sama
3. Praktisi Tempat Belajar
4. Mentor sebagai pendamping

Sumber belajar atau sumber informasi ini harus dapat diakses oleh siapa saja di mana saja dan kapan saja.

Sumber belajar atau sumber informasi ini berisi tentang hal-hal baru yang terjadi. baik dalam skala lokal maupun dalam skala global.

Sumber belajar atau sumber informasi ini harus telah melalui tahapan kurasi, verifikasi dan validasi Untuk menguji kebenaran keabsahan serta kehandalan dari sumber belajar maupun sumber informasi tersebut

Jadi ini lebih seperti platform belajar yang berbagi informasi untuk semua

Teman belajar adalah teman diskusi yang memiliki minat dan keinginan belajar yang sama pada bidang atau keahlian tertentu.

Teman belajar ini akan menjadi teman sejawat yang akan melakukan assessment satu sama lainnya.

Dengan adanya teman belajar maka akan ada tempat untuk saling bertanya saling memotivasi, dan saling bertukar pikiran.

Praktisi tempat belajar adalah role model yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk bertanya dan melakukan benchmarking terkait subjek atau keahlian tertentu yang sedang dipelajari.

Ide ataupun inovasi yang ingin dimunculkan dapat didiskusikan bersama teman belajar dan bersama praktisi yang ada.
Mentor atau pendamping adalah yang mendampingi pembelajar dalam mempelajari keahlian yang sedang dipelajari.

Mentor diperlukan sebagai sarana supervisi dan evaluasi dan dorongan internal untuk individu menjadi lebih baik.

Keempat hal ini harus dipertemukan dalam satu tempat.

Tempat ini bisa kita sebut saja sekolah peradaban atau sekolah masyarakat.

Tempat ini dapat berupa ekosistem digital yang bisa diakses oleh siapa saja di mana saja dan kapan saja.

Pemerintah dalam hal ini pemerintah pusat maupun pemerintah daerah cukup menyiapkan alat dan media berupa platform digital tersebut, pendanaan, kolaborasi dengan pihak lainnya, serta konten-konten pembelajaran yang ingin kita dorong bersama untuk dipelajari secara ma diri yang bertujuan untuk memajukan peradaban Indonesia lebih baik kedepannya.

Pembelajaran ini secara mandiri sehingga ia tidak terikat oleh aturan-aturan formal yang ada pada sekolah formal pada umumnya

Tidak perlu juga pengakuan dalam bentuk ijazah maupun sertifikat di sini

Tetapi output atau keluaran dari pembelajaran Mandiri ini lebih kepada meningkatkan kemampuan bernalar kritis dan kemampuan berinovasi serta berkreasi dalam menghadapi persoalan-persoalan yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini penting untuk dilakukan karena sekolah formal terikat oleh ruang dan waktu, tetapi pembelajaran Mandiri ini bebas ruang dan waktu ia bisa dilakukan di mana saja Kapan saja, dan bersama siapa saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *