Oleh : Wa ode Zainab Zilulloh Toresano (Co-Founder Zona Nalar, Kandidat Ph.D Al-Mustafa International University Iran)
Tema ini sangat relevan deegan kondisi perpolitikan di indonesia saat kondisi indonesia terpolarisasi ada dua kubu. Meskipun kita tidak setuju polarissi di indonesia. Tapi ini realitas yang tidak bisa di pungkiri di indoneosia.
Kondisi tersebut patut kita analisis, kira-kira mengapa problem politik di identitas di indonesia saat ini begitu kuat. Boleh saja kita memaknai bahwa kondisi Indonesia mengarah kepada munculnya gerakan yang mengusung nilai-nilai Islam yang kemudian coba diejawantahkan di indonesia, yang tentunya didukung dengan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam.
Gerakan Politik Islam
Pergerakan pemikiran politik Islam di Indonesia itu sebenaranya merupakan respon dari konstelasi poliitik yang ada, pada saat pemikiran dan gerakan itu lahir. Yang menarik di Indoensia gerakan politik Islam cenderung partisan, yang mana gerakannya tidak saja menyentuh elit tapi juga menyentuh langsung ke masyarakat bawah.
Ini jelas berbeda dengan gerakan politik Islam di Indonesia sebelum reformasi dimana gerakan olitiknya lebih ke gerakn politik islam yang intelektual.
Mari kita urai peta politik Islam di Indonesia dari masa kemasa lalu kita kaitkan juga bagimana konsep pemikiran kepemimpinan Islam konteks saat ini.
Pemimpin itu tentu bukan saja presiden, tapi pemimpin itu juga termasuk yang duduk di parlemen dan juga para tokoh-tokoh pergerakan.
Politik Islam di Indonesia bisa diurai mulai dari politik era kerajaan atau kesultanan di Indonesia. Dimana corak politik Islam mengejawantah di masyarakat. Dimana nilai-nilai Islam mengejawantah ke masyarakat melalui kasultanan dan kerajaan, dimana politik Islam saat itu mudah diterima.
Karena di era itu politik Islam bisa menyesuaikan diri dengan tradisi setempat dan bahkan mempu memberi warna pada buday anusantara atau kearifan lokal. Sehingg apolitik isam lebih langgeng.
Sistem politik Islam di era kerajaan tentu bentuknya berbeda-beda karena setiap kasultanan dan kerajaan memiliki khazanah yang berbeda. Seperti Buton mislanya ada sistem politik Islam martabah 7. Tentu kerajaan lain atau kasultanan lain memilki sisitem politik islam yang berbeda.
Kita liat kerjaan dan kasultanan di masa itu tidak hanya sekedar politik, tapi juga mampu menopang ekonomi masyarakat, memberikan kesejahteraan, dan mengisi dahaga spiritualnya melalui islam.
Kemudian pra kemerdekaan, kekuatan politik Islam mengalami degradasi skeitar akhir abad 16 belas. Karena ada kolnialisme dan imperialisme. Sehingga tadinya kerajaan yang snagat kuat pengaruhnya mulai tersingkir. Karena VOC tidak saja hegemoni ekonomi juga tapi juga hegemoni kekuasaan, campur tangan mereka ke kerjaan itu snagat tersa. Sehingga ulama yang menjadi penasehat raja tersingkir dan digantikan oleh VOC.
Kekuatan poliitk bergeser, dari basis kesultanan kerajaan ke pesantren. Poliitk pesantren menjadi basis perlawanan terhadap penjajah. 1.800 an muncul politik Islam yang berupaya mengusir belanda seperti pernag padri imam bonjol, pengeran diponegoro pernag aceh dll dimana semua dipimpin oleh ulama. Jasi selian pesnatren ada juga di pulau pulau dimana pergerakan politik islam dipimpin oleh ualama.
Perlahan kemudian terbangun kesadaran, di kalangan para politisi islam yaitu dnegan tidka melakukan konfrontasi fisik atau pernag yang sporadis. Sehingga diperlukan suatu wadah untuk menghimpun, sehingga lahir NU Muhamdiyah dll.
Nah, akan tetapi gerakan politik islam bergeser justru ke basis pendidikan dan sosial kemanusiaan. Mellaui organisasi besar seperti NU dan uhammadiayah.
Mendekati kemerdekaan kemudian muncu kembali relasi islam dan politik, idealnya indonesi aini negar aislam atau sekuler. Perdebatan itu sebagimana terjadi di piagam jakarta. Ini adalah fase pernag ideologi. Dimana para tokoh elit politik berhadap-hadapan antara ideologi nasionalis sekuler ddengan nasionalis-islam.
Pasca itu terjadi perdebatan tentang negara islam ataukah nasionalis. Pada masa orde lama terlihat corak pemikirna politik di masa itu mana yang pemikiran nasionalis sekuler dengan nasionalis-islam.
Disaat yang sama di timur tengah juga terjadi gerakan pembaharuan Islam, sehingga ini juga mempengaruhi pemikiran para ulama dan cendikiawan di indonesia. Sayangnya di masa orde lama ini kelompok politisi islam tidak berhasil bersatu dan keberadaannya juga tidak difasiltasi oleh sosok bung karno.
Meski dmeikian eksistensi politik islam masih terlihat jelas. Sementara di masa orde baru yang lebih represif terhadap kebebasan. Dimana di awal2 soeharto terpilih ide tetang negara islam akhirny agugur dnegan sendirinya setelah keluar kebijakan azas tunggal di orde baru yaitu azas pancasila.
Tapi ini menurut saya ini menarik, dari sisi politik orde baru berhasil membangun 3 parpol yang mewakili ideologi terdiri mislanya pdip nasionalis, ppp islam, dan golkar nasionalis dmeokrat.
Meksi secara pemilihan partai Islam selalu kalah, dimana gerak politik Islam sangat terbatas. Tapi di masa akhir ordebaru Soeharto lebih akomodatif kebijakannya. Misalanya lebih menerima ideologi islam. Kemudian dibentuknya ICMI sebgai think tank, mulai lahir para pemikir islam yang terpeljar dan moderat seperti cak nur, syafii maarif, gus dur dimana tokoh tokoh ini bisa bersuara. Akhirnya pemerintah menyadari kekuatan Islam memang tidka bisa di tekan terus-terusan.
Robert habner, civil islam and democracy in indonesia. Mengataktan pilihan soeharto ini krn kurnagnya dukungan milite rke soeharto sehingga memilih dukungan islam di akhir kepemimpiannya. Sebenarnya sukarno dan suharto punay pandnagan yang sama bahw apolitik Islam adalah pesaing besar politik nasionalisme yang mereka usung.
Di fase reformasi kemudian kelompok islam merasa euforia, dengan kebebsan. Dan banyak seklai parpol islam bermunculan mungkin sekitar 20 parpol Islam. Namun syanganya perolehan suara parpol isam masih kalah dnegan parpol naisonalis yaitu golkar dan pdip. Meski dmeikian partai nasionalis menjadikan kelompok islam sebagai basis massanya.
Era reformasi kalo kita lihat partai islam yang lolos PT adalah yang memiliki basis massa yang kuat yaitu NU dan Mumadiyah ada PAN dan PKB. Karena mereka memiliki basis massa. Selebihny aparpol lain yang tanpa basis organisasi kuat justru berguguran. Dan ini islam mulai mengalami kebangkitan di organisasi-organisasi, pelajar dll.
Era Habibie, Gus Dur dan SBY, masyarakat itu menginginkan sisitem yang ideal yaitu yang bersih dmeokratis dan transparan. Perbaikan-perbaikan negara diharapkan. Meski demikian masih ada gerakan kebangkitan membangun politik islam seperti HTI, MMI, yang membangun politik hingga akar rumput yang mana muncul di era pasca reformasi. Kemudian kelompok keagamaan underground ini muncul ke permukaan yang sebelumnya menjadi gerakan bawah tanah.
Era reformasi, Politik islam mulai muncul dimana mereka mencoba mengusung tentang mislanya syariah islam.
Kepemimpinan Berbasis Pancasila
Kepemimpinan berbasis pancasila itu speerti apa? Itu hars inklusif akomadatif dan populis. Politik islam yang pancasila itu hars didesain ulang supaya bisa diterima publik, perlu packaging ulang supaya islam bisa diterima. Lalu membuat tokoh dan kelompok yang bisa membangkitkan kepemimpinan islam yang berbasis pancasila.
Pancasila sendiri sebenarnya posisinya dengan pancasila. Saya setuju bahw apancasila tidak bertetntangan seklai dnegan Islam. Apakah bisa disebut negara islam? Itu harus harti-hati bahwa sistem politik ini ad abanyak. Kalo islam berazaskan teokrasi nilai-nilai ilahiah diejawantahkan di dalam politik. Nah ini harus hati hati ya, kita tidak bisa apakah NKRI itu juga sistem negara Islam. Tapi kalo kembali ke era rasululloh terkait dmeokrasi itu juga dijalankan, seperti kebebasan dan hak-hak warga negara indonesia. Tapi itu tidka bis akita bilang dmeokrasinya sama seperti saat ini. Hanya mungkin nilai-nilai islamnya memang ada di pancasila.
Sumber : Klikers.id