Beberapa bulan yang lalu Majelis Ganjariyah (relawan Ganjar) sempat bersilaturahmi dengan Ganjar Pranowo sebelum dirinya ditetapkan sebagai Bakal Calon Presiden Pemilu 2024 oleh PDIP.
Dalam momen silturahmi tersebut Ganjar Pranowo menceritakan tentang pertemuan atau silaturahmi dirinya dengan Almarhum K.H. Mbah Moen. Waktu itu sudah masuk ashar, Ganjar dipanggil mbah Moen kemudian diajak sholat berjamaah di kamar Mbah Moen dan didoakan khusus usai sholat berjamaah.
Kepada Majelis Ganjariyah Ganjar bercerita, sebelum Mbah Moen berangkat ke tanah suci, dirinya sempat bertemu dengan Mbah Moen di kediamannya di Sarang, Rembang. Saat itu, Ganjar datang tepat pukul 17.00 WIB dan belum melaksanakan salat ashar.
“Awalnya saya mau salat di masjid, tapi dilarang sama muridnya Mbah Moen. Katanya, Mas Ganjar disuruh nunggu dulu. Akhirnya saya nunggu cukup lama,” terangnya.
Sekitar pukul 17.10 WIB lanjut Ganjar, Mbah Moen keluar dari kamarnya. Saat diminta santrinya untuk salat ashar di masjid, Mbah Moen menolak dan mengatakan ingin salat dengan Ganjar.
“Kemudian saya salat berjamaah dengan Mbah Moen di kamarnya, berdua. Setelah doa, beliau mendoakan saya. Itu kenangan yang paling saya ingat. Saya merinding” Cerita Ganjar kepda Majelis Ganjariyah.
Sebagaimana kita ketahui ulama kharismatik asal Rembang, KH Maimoen Zubair meninggal dunia saat menjalankan ibadah haji di Mekkah pada Selasa (6/8/2019).
Saat itu Ganjar Pranowo mengucapkan belasungkawa yang sebesar-besarnya atas wafatnya KH Maimoen Zubair atau yang akrab disapa Mbah Moen itu.
“Saya atas nama pribadi, keluarga dan sebagai Gubernur Jateng menyampaikan duka yang mendalam. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, kita berdoa semoga Mbah Moen Khusnul Khotimah,” ucap Ganjar, Selasa (6/8/2019).
Kabar duka meninggalnya Mbah Moen lanjut Ganjar merupakan kabar yang menggetarkan. Dia sendiri bergetar dan merinding karena selama ini memang dekat dengan Mbah Moen.
Kedekatan Ganjar dengan Mbah Moen terjadi setelah putra Mbah Moen, Taj Yasin Maimoen ditunjuk mendampinginya memimpin Jawa Tengah.
“Banyak kenangan tentang beliau. Selama saya dengan Gus Yasin mulai sejak kampanye sampai terpilih, selalu bareng beliau. Selama ini, beliau selalu memberikan pesan tentang semangat kebangsaan, patriotisme dan kenegaraan. Beliau ini sosok kiai yang nasionalis yang menjadi rujukan hampir semua orang,” terangnya.
Selain sosok nasionalis, di mata Ganjar, sosok Mbah Moen merupakan tokoh ulama yang rendah hati dan penyayang. Meskipun beliau kiai sepuh, namun tidak pernah menganggap orang lain lebih rendah darinya.
“Beliau seorang kiai yang sangat rendah hati dan sangat penyayang. Saya selalu digandeng dan dipeluk saat bertemu, saya merasa beliau itu sangat penyayang. Tidak pernah saya melihat ada pikiran-pikiran atau ucapan buruk yang disampaikan Mbah Moen,” ucapnya.