Oleh. Dr. Poempida Hidayatulloh
Dua hari yang silam saya cukup beruntung bisa buka puasa bersama dengan seorang sahabat yang sudah lama saya tidak bertemu dan berbicara politik. Untuk menjaga obyektifitas tulisan ini, identitas sahabat saya ini tidak akan saya munculkan dalam tulisan ini.
Yang menjadi menarik adalah narasi yang dia jelaskan kepada saya tentang kategorisasi karakter dari Bacapres-bacapres yang populer.
Seperti kita ketahui bahwa dari berbagai lembaran survei termasuk litbang Kompas telah terjaring 3 nama terpopuler itu. Yaitu: Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Berdasarkan dari analisa sahabat saya ketiga Bacapres dikategorikan sebagai berikut: Ganjar Pranowo sebagai Populis Progresif, Prabowo Subianto sebagai Populis Konservatif Nasionalis, dan Anies Baswedan sebagai Populis Konservatif Religius.
Sementara itu, Presiden Jokowi ditetapkan juga sebagai Populis Progresif.
Dalam hal ini kemudian dapat disimpulkan jika Ganjar Pranowo memiliki kesamaan kategori dengan Presiden Jokowi.
Dan jelas ini akan sangat dapat dijadikan referensi untuk keberlanjutan basis pembangunan dan kebijakan ke depan.
Namun sahabat saya tersebut pun mengingatkan, adanya kemungkinan rakyat akan merasa bosan memiliki tipe pemimpin yang bertipe sama. Dan jika ini terjadi, maka yang akan diuntungkan adalah yang berkategori Populis Konservatif.
Agar terjadi keberlangsungan pembangunan dan kebijakan tanpa membuat rakyat bosan dengan gaya kepemimpinan maka seseorang yang dalam kategori Teknokrat Progresif akan menjadi lebih ideal.
Jelas tidak mungkin untuk mengubah karakter seseorang dalam waktu dekat.
Namun saya secara pribadi selalu melihat bahwa kepemimpinan nasional itu adalah suatu kolektifitas. Sehingga untuk dapat menciptakan karakter kepemimpinan Teknokrat Progresif, seseorang yang Populis Progresif dapat didampingi oleh banyak Teknokrat Progresif di sekelilingnya dalam menjalankan Pemerintahan agar terjadi akselerasi Progresif dalam pencapaian kemajuan Indonesia ke depan. ***